Uang Kotor.......?

Dalam sesi training, saya selalu mulai dengan membuka dengan sharing, hearing  atau brainstorming dan ini sering sekali khususnya kelas2 leadership, karena umumnya mereka punya posisi dalam pekerjaannya, tanggungjawab mereka tinggi dan pengharapan mereka terhadap kelas program ini umumnya juga sangat tinggi.

Dalam sesi curhat, tidak sedikit mereka cerita,....

GOMBAL.....

Terkadang dalam kesendirian saya suka merenung tentang kehidupan saya, tentang aktifitas saya, tentang banyak hal yang menghiasi kehidupan saya. Hiasannya betapa indah, uang, teman, keluarga, kemudahan mendapatkan rizki, rumah, kendaraan, popularitas, gadget yg ada ditangan, handphone yg bisa setiap waktu ganti, tempat hiburan yang bisa setiap kali saya kunjungi, hiburan apa saja bisa saya pilih, pilihan syahwat yang setiap kali tertawarkan bisa menjadi pilihan itupun kalau mau, wong tinggal milih.......,

Bukannya saya Sombong

Dalam sebuah kajian ibu2, saya membuka sesi tanya jawab diawal, tidak lain tujuan saya adalah agar suasananya cair, dalam rangka mengetahui betul kebutuhan peserta, lebih ingin sharing hal2 yang sedang "in" atau agar peserta juga bertanggungjawab terhadap kehadirannya, namun naas sebenarnya saat hal demikian muncul hal2 yang tidak baik atau bahkan setan memainkan peran agar orang "ujub" (bangga, pen) pada amalan2nya.

Membuka pintu langit

Setiap kali dalam kajian, training dan sharing informal, saya mendengar banyak peserta menyatakan tentang doanya yang tak kunjung terkabul, padahal mereka fikir sudah melakukan yg terbaik, amalan2 dalam syariat juga demikian ia lakukan dengan baik katanya, kenapa doanya tak kunjung hadir.
Tergelitik saya, atas pernyataan2 tadi, sering kali orang merasa sudah melakukan yang terbaik, terbenar, tapi tidak ia sadari bahwa banyaknya kenikmatan yang mereka dapatkan itu bagian dari doa mereka yang saling terkait diantaranya.
Coba ingat saat kita meminta agar dimudahkan mendapatkan pekerjaan kemudian realitasnya masih sangat sulit mendapatkan pekerjaan, kita sudah berupaya dengan mengirimkan banyak lamaran, doa dipanjatkan, amalan2 khusus dilakukan pekerjaan tak kunjung datang, kemudian berjalannya waktu menganggap tuhan tak lagi sayang, tuhan tak lagi mendengar doa, padahal......

Move On...

Seusai memberikan kajian di salah satu lembaga semalam, saya melihat anak muda yang murung, malas bercakap-cakap, raut wajahnya gelisah, dan melihat guratan wajahnya saya yakin anak ini sedang punya masalah.

Saya ucapkan salam kepada yang bersangkutan, kemudian ia menjawabnya dengan malas dan nada tak acuh, saya tanya "dari mana mas? "Tanjung Pak', jawabnya, "ada apa mas, kok murung, nggak boleh lo, malam-malam begini murung, apalagi ini di tempat sepi, nanti di "sapa" jin baru terasa lo, dia ?

Keluar dari Zona Nyaman....

Hari minggu yang lalu saat olah raga pagi di Renon, saya bertemu dengan teman lama yang  kurang lebih 10 tahun lamanya tak ketemu, bukan karena kebetulan, karena saya yakin semua ini bagian dari takdir tuhan. 

Dia bercerita tentang kondisi dirinya, sudah satu bulan  keluar dari lembaga tempatnya bekerja, hampir 20 tahun nasibnya tidak berubah, hanya begini-begini saja bahkan hampir nggak bisa menyekolahkan anaknya karena tidak mampu membiaya sekolahnya, gaji kecil, kebutuhannya besar, lalu dia bertanya seharusnya dia bagaimana dan saya memulai dari mana usaha saya?